Selasa, 17 September 2013

Stay With Us -part1

“Travis! Aku sudah bilang ribuan kali, jangan makan di kamarku!”. Kalian tahu? Aku memang pemarah, tapi saat di sekolah aku pendiam sekali. Aku tak punya teman satu pun! Aku tidak sedih, satu-satunya temanku adalah adikku, Travis. Aku kadang kesal dengan sikapnya yang sembarangan itu, kadang dia juga memarahiku. Dia seperti sahabatku sekaligus adik kesayanganku, dia juga menganggapku begitu. Kadang dia menjadi penasehat untukku, kadang juga aku. “Ya, ya, aku tahu Lara, aku juga sudah bilang ribuan kali, jangan memarahiku!. Kau keluargaku satu-satunya, ibu dan ayah sudah pergi ke surge dan sekarang kita tidak mau merepotkan orang tua angkat kita. Mereka sunggu baik terhadap kita, selama ini kita kerjanya hanya bertangkar terus. Aku takut mereka muak kepada kita, Lara”. Aku bilang apa, dia menjadi penasehat untukku. “Baiklah, aku minta maaf, Travis. Aku sungguh menyesal. Aku juga sama dengan pendapatmu, tidak mau merepotkan Tuan dan Nona Hernandez”. “Lara, Travis, turun kebawah sebentar”. “Hei Lara, Nona Hernandez memanggil kita, mau apa ya?”. “Mungkin sarapan sudah siap. Ayo, cepat”. “Ada apa Nona Hernandez?” tanyaku. “Aah, panggil saja aku Mom. Anggap aku sebagai ibu kalian dan panggil Tuan Hernandez, Dad aja ya”. “Baiklah Mom, ada apa kita dipanggil?” tanya Travis mengulang pertanyaanku. “Ah, ini ada yang mau aku perkenalkan pada kalian. Ini Samuel Hernandez, sebetulnya Sam mempunyai kembaran, namanya Daniel Hernandez. Namun karena mereka sering sekali bertengkar, mereka dipisah. Daniel tinggal luar kota bersama neneknya. Sebentar lagi kita akan ke kota itu, dan menyusul Daniel”. “Namaku Sam, kalian?”. Fuh, ramah sekali anak ini, sepertinya adiknya Daniel, walaupun aku belum bertemu benar dengan Daniel. Samuel Hernandez. Sungguh ramah mimik mukanya. Sangat baik, pintar, tinggi dan jago olah raga. Laki-laki yang mempunyai rambut pirang ini hobi memakai kaus berwarna putih dan ia tidak seperti laki-laki seumurannya, ia sangat suka mendengar musik dan menyanyi, namun musik yang seperti dinyanyikan Bruno Mars. Kita pindah ke kota New York saat liburan musim panas. Dan hari ini adalah saat masuk sekolah Daniel. Sebetulnya, Sam juga bersekolah di sana dulu, jadi dia yang menemaniku keliling sekolah. Yang paling aku takutkan dari sekolah adalah seragam. Aku sangat tidak suka memakai rompi dan jas, dan kenyataannya sekolah Sam dan Daniel memakai seragam, menyebalkan. “Namaku Lara”. Aku malas bertemu orang baru, awal aku bertemu Sam pun begitu, tidak ada niat untuk akrab dengannya tapi karena dia mendekati aku terus, aku usahakan untuk dekat dengannya juga. “Nama lengkapmu?”. Menyebalkan sekali guru ini. “Michele, Lara Michele.”. “Lara, silahkan duduk di sebelah Samuel dan Daniel, Sam dan Daniel mohon angkat tanganmu. Silahkan”. Untung saja aku di sebelah Sam, aku senang dan Sam juga senang. “Sam, kenapa semua perempuan melihat sinis ke arahku?” aku bertanya pelan. “Itu karena di tengah-tengahi saurada kembar yang banyak disukai perempuan”. Mataku menatap Sam aneh “Yang di sebelahku ini saudara kembarmu?”. “Ya, di sebelah Daniel itu Fransis Jakeye, sahabatnya. Fransis juga sama, laki-laki paling banyak disukai perempuan.”. “Ew, memangnya kamu dan mereka ganteng?” kataku. “Hahaha” balasnya tertawa. Daniel Hernandez. Kembaran Sam, namun terlihat seperti anak nakal, keren, sikapnya? Uh, menyebalkan dan dingin. Dia belum pernah membuatku tersenyum. Sam sudah, namun dia belum bisa mengembalikan sikap asliku sebelum Ibu dan Ayahku meninggal. Daniel juga yang selalu membuatku kehilangan kendali. Kadang aku memukulnya hingga badannya merah atau biru. Kalau aku sudah begitu, yang bisa menenangkanku hanya Travis, maupun Sam, Mom atau Dad, mereka selalu gagal meskipun mereka terus membelaku. Daniel sangat tidak peduli padaku dan Travis, baginya aku dan Travis hanyalah beban bagi keluarganya. Namun, aku dan Travis melah menyenangkan Sam, Mom dan Dad, menjengkelkan sekali anak itu. Kata Sam, Mom atau Dad, mereka selalu bilang kalau Daniel itu belum terbiasa dengan orang baru, apalagi langsung tinggal di rumahnya. Sudah 2 bulan aku bersekolah disini bersama Travis. Makin banyak yang iri terhadapku, karena aku perempuan yang paling dekat dengan Sam. Travis pernah bilang, Sam akan selalu disisiku dan Travis, karena ia ingin membahagiakan aku dan Travis. Reaksiku? Yah, belum ada yang bisa membuatku senang saat ini. Tapi, hanya ada 2 orang anak yang tidak iri terhadapku, yaitu, Nina Andrew dan Sarah Elenor. Mereka mungkin tertarik pada sifatku yang pendiam tapi tidak saat bersama Sam. Mereka duluan yang menyapaku, entah mengapa, awalnya aku bingung mengapa mereka ingin berteman denganku. Dulu, di sekolah lamaku, aku sama sekali tidak punya teman. Atau mungkin mereka ingiin dekat juga dengan Sam, sampai mereka mau menjadi sahabatku. “Nina, Sarah, kalian dekat denganku karena ingin dekat dengan Sam?” tanyaku. “Ah, aku lupa memberitahumu. Kita itu sama sepertimu, dijauhi, sama sekali tidak suka dengan Sam, Daniel, dan Fransis. Lalu, aku bertemu dengan Sarah yang sama sepertiku, saat kelas 1. Jadi, aku ingin kau bersahabat denganku.” Jelas Nina. “Bagus, bagus. Untung saja ada orang sepertiku, iya kan Sam?” kataku sambil tertawa. “Kau ini, nanti akan ku hajar kau di rumah!”. “Rumah? Kalian tinggal satu rumah?” Kata Sarah kaget. “Um… iya, kami tinggal satu rumah, ibuku adalah kerabat dekatnya.” Sam menjelaskan dengan hati-hati. “Oh, begitu…” lanjut Sarah. “Tapi kalian tolong rahasiakan ini ya?” kataku memohon. “Tentu saja, tak ada lagi teman yang bisa kita ajak ngobrol selain kau dan Sam.” Balas Nina. to be continued

Tidak ada komentar: